Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selalu identik dengan interaksi mahasiswa dan masyarakat. Tahun ini, kelompok mahasiswa KKN dari salah satu perguruan tinggi kembali membawa warna baru di lingkungan RT yang menjadi lokasi pengabdian mereka. Bukan sekadar membantu administrasi atau mengajar anak-anak, kali ini mereka mengajak warga untuk berkreasi melalui *Pelatihan pembuatan sabun cuci piring sendiri*.
Suasana sederhana di lapangan pos RT sore itu mendadak meriah. Beberapa ibu rumah tangga tampak antusias mengikuti setiap tahapan yang dipandu mahasiswa. Dari menakar bahan, mengaduk larutan, hingga mencetak sabun cair siap pakai—semua dilakukan dengan penuh semangat dan keceriaan.
Latar Belakang Kegiatan
Menurut ketua kelompok KKN, ide pelatihan ini berangkat dari hasil diskusi dengan warga pada minggu pertama mereka tinggal di lokasi. Beberapa ibu rumah tangga menyampaikan bahwa kebutuhan sabun cuci piring cukup besar setiap bulannya, apalagi di keluarga dengan anggota banyak. Harga sabun cuci piring di pasaran memang bervariasi, namun tetap menjadi pengeluaran rutin yang tidak kecil jika diakumulasikan.
Melihat peluang tersebut, mahasiswa berinisiatif mengadakan *Pelatihan pembuatan sabun cuci piring secara mandiri*. Harapannya, warga bisa membuat kebutuhan rumah tangga tersebut sendiri dengan biaya yang jauh lebih murah, bahkan berpeluang menjadikannya usaha sampingan untuk menambah penghasilan.
“Selain membantu mengurangi pengeluaran rumah tangga, keterampilan ini juga bisa membuka jalan usaha kecil-kecilan. Bahan bakunya mudah ditemukan dan harganya terjangkau,” jelas sang ketua kelompok KKN.
Langkah-Langkah Pelatihan
Kegiatan dimulai dengan penjelasan singkat mengenai bahan-bahan dasar yang dibutuhkan untuk membuat sabun cuci piring cair. Mahasiswa menjelaskan fungsi masing-masing bahan, misalnya **texapon** sebagai penghasil busa, **SLS** untuk daya bersih, serta bahan tambahan seperti pewangi dan pewarna agar lebih menarik.
Setelah itu, peserta diajak langsung mempraktikkan cara pembuatannya. Satu per satu warga diberi kesempatan mengaduk larutan, menimbang bahan, dan mencampurkan pewangi. Suasana pun menjadi sangat hidup, karena sebagian peserta belum pernah mencoba sebelumnya. Ada yang sempat salah menuang bahan terlalu banyak, ada pula yang mengaduk dengan semangat hingga busa meluap.
“Kalau sudah dicampur dengan benar, sabun ini bisa langsung digunakan. Teksturnya kental, busanya banyak, dan wanginya segar,” ujar salah satu mahasiswa sambil menunjukkan hasil akhir.
Antusiasme Warga
Antusiasme warga terlihat jelas sejak awal hingga akhir acara. Ibu-ibu rumah tangga tampak begitu bersemangat, bahkan beberapa langsung menanyakan bagaimana cara membuat dalam jumlah besar. Beberapa bapak yang hadir pun ikut mencoba, meski awalnya hanya menemani.
“Rupanya gampang sekali bikinnya. Selama ini saya pikir susah, ternyata bisa dipelajari dalam sekali pertemuan. Kalau begini, kami bisa buat sendiri di rumah,” ungkap seorang ibu RT yang hadir dalam pelatihan.
Tak hanya warga dewasa, anak-anak juga tampak penasaran. Mereka sesekali mendekat melihat proses pencampuran bahan, meskipun tidak diperbolehkan ikut mengaduk demi alasan keamanan.
Manfaat Ekonomi dan Lingkungan
Selain mengurangi pengeluaran rumah tangga, kegiatan ini juga memiliki nilai tambah dari sisi lingkungan. Dengan membuat sabun sendiri, warga bisa mengurangi penggunaan kemasan plastik sekali pakai. Mereka bisa menyimpan sabun dalam botol isi ulang sehingga lebih ramah lingkungan.
Dari segi ekonomi, perbandingan biaya pun cukup mencolok. Untuk membuat satu liter sabun cuci piring, biaya bahan baku hanya sekitar seperempat dari harga pasaran. Jika dijual kembali, tentu bisa memberi keuntungan. Beberapa warga bahkan langsung menyatakan ketertarikannya untuk mencoba menjual produk sabun ini ke tetangga sekitar.
“Kalau bisa diproduksi dalam skala kecil, bukan tidak mungkin warga RT bisa punya usaha bersama. Jadi selain untuk kebutuhan pribadi, ada peluang ekonomi juga,” tambah salah satu mahasiswa.
Dukungan dan Harapan
Ketua RT yang turut hadir dalam acara tersebut menyampaikan apresiasi besar kepada mahasiswa KKN. Ia menilai kegiatan ini sangat bermanfaat dan sesuai kebutuhan masyarakat.
“Kami berterima kasih kepada adik-adik mahasiswa yang sudah berbagi ilmu. Semoga warga bisa melanjutkan keterampilan ini, bahkan mungkin membentuk kelompok usaha bersama,” ucapnya.
Harapan serupa juga diungkapkan warga lainnya. Mereka berharap pelatihan tidak berhenti di sini saja, melainkan bisa berlanjut dengan kegiatan lain yang mendukung keterampilan rumah tangga dan kewirausahaan.
Penutup yang Hangat
Acara pelatihan ditutup dengan pembagian hasil sabun cuci piring buatan hari itu. Setiap peserta membawa pulang satu botol sabun cair hasil karyanya sendiri. Wajah mereka tampak puas, bukan hanya karena mendapatkan produk gratis, tetapi juga karena berhasil mencoba sesuatu yang baru.
“Rasanya senang sekali. Ini bukan sekadar dapat sabun, tapi juga pengalaman dan ilmu. Ternyata membuat sabun itu menyenangkan,” tutur salah seorang peserta sambil tersenyum lebar.
Di akhir kegiatan, mahasiswa KKN berjanji akan memberikan modul sederhana berisi resep dan cara pembuatan sabun cuci piring agar warga bisa mengulanginya di rumah. Dengan begitu, keterampilan ini tidak hanya berhenti pada pelatihan, melainkan bisa benar-benar diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Refleksi
Pelatihan pembuatan sabun cuci piring yang diadakan mahasiswa KKN ini membuktikan bahwa program pengabdian masyarakat tidak harus selalu besar atau rumit. Kegiatan sederhana yang langsung menyentuh kebutuhan warga justru lebih terasa manfaatnya.
Lebih dari sekadar sabun, kegiatan ini telah menghadirkan *semangat kebersamaan, gotong royong, dan kreativitas*. Warga merasa dihargai, mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata, dan hubungan keduanya menjadi lebih dekat.
Dengan semangat inilah, program KKN kembali membuktikan diri sebagai jembatan antara kampus dan masyarakat. Bukan hanya transfer ilmu, tetapi juga pertukaran pengalaman hidup yang sama-sama memperkaya kedua belah pihak.



